Perkembangan hubungan remaja  dengan orangtua



Perubahan-perubahan fisik, kognitif dan sosial yang terjadi dalam perkembangan remaja mempunyai pengaruh besar terhadap hubungan dengan orang tua-remaja. Salah satunya adalah perjuangan untuk memperoleh otonomi, baik secara fisik dan psikologis. Karena remaja meluangkan sedikit waktunya bersama orang tua dan lebih banyak menghabiskan waktu saling berinteraksi dengan dunia yang lebih luas, maka mereka berhadapan dengan bermacam-macam nilai dan ide-ide.
Seiring dengan terjadinya perubahan kognitif selama remaja,perbedaan ide-ide yang dihadapi sering mendorongnya untuk melakukan pemeriksaan terhadap nilai-nilai dan pelajaran-pelajaran berasal dari orangtua. Akibatnya remaja mulai mempertanyakan dan menentang pandangan-pandangan orang tua serta mengembangkan ide-ide mereka sendiri. Orangtua tidak lagi dipandang sebagai otoritas yang serba tahu. Secara optimal. Remaja mengembangkan pandangan-pandangan yang lebih matang dan realistis dari orangtua mereka.  Kesadaran mereka adalah seorang yang memiliki kemampuan, bakat, dan pengetahuan tertentu, mereka memandang orangtua sebagai orang yang harus dihormati, dan sekaligus sebagai orang yang dapat berbuat kesalahan. Sebagaian dari proses pencapaian otonomi psikologis ini mengharuskan anak remaja untuk meninjau kembali gambaran tentang orangtua dan mengembangkan ide-ide pribadi.
Pencapaian otonomi psikologis merupakan tugas perkembangan yang penting dari masa remaja. Akan tetapi, terdapat perbedaan mengenai tipe lingkungan keluarga yang lebih kondusif bagi perkembangan otonomi ini. sejumlah teorotis dan kontemporer menyatakan bahwa otonomi yang baik berkembang dari hubungan orangtua yang positif dan suportif.  Menurutnya, hubungan orangtua yang suportif memungkinkan untuk remaja mengungkapkan peasaan positif dan negatif yang dapat membantu perkembangan kkompetensi sosial dan otonomi yang bertanggung jawab.
Dan, para ahli juga meyakini bahwa keterkaitan yang aman (secure attachment) dengan orang tua pada masa remaja dapat membantu kompetensi sosial dan kesejahteraan sosial seperti harga diri, penyesuaian emosional, dan kesehatan fisik. Sebaliknya jika ketidakdekatan (detachment) emosional dengan orangtua berhubungan dengan perasaan-perasaan akan memperoleh penolakan oleh orangtua yang lebih besar serta perasaan lebih rendahnya daya tarik sosial dan romantik yang dimiliki sendiri ( Santrock, 1995)
Dengan demikian, keterikatan dengan orang tua selama masa remaja dapat berfungsi adaptif, menyediakan landasan yang kokoh dimana remaja dapat menjelajahi dan menguasai lingkungan-lingkungan baru dan suatu dunia sosial yang luas dengan cara-cara yang sehat secara psikologis.  Keterikatan yang kokoh dengan orang tua akan membuat hubungan dengan sebaya menjadi lebih kompeten dan membangun hubungan positif diluar keluarga.  Keterkaitan dengan orang tua juga dapat menyangga remaja dari kecemasan dan perasaan-perasaan depresi yang sebagian akibat dari masa transisi dari masa anak-anaka ke masa dewasa.
Untuk mempertahankan keterikatan orangtua dengan remaja, orangtua harus membiasakan mereka bebas untuk berkembang.dengan kata lain bahwa ketika remaja meuntut otonomi, maka orangtua harus melepaskan kendali di bidang-bidang yang dapat remaja ambil keputusan secara rasional, disamping itu orangtua harus memberikan bimbingan keputusan yang rasional pada bidang-bidang dimana pengetahuan anak remajanya masih terbatas.

Reviews:

Posting Komentar

Pelatihan Konseling & Hipnoterapi Indonesia I Klinik Hipnoterapi & Konseling © 2014 - Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com

Contact us

Diberdayakan oleh Blogger.