Perkembangan Identitas Remaja



Dalam psikologi, konsep identitas pada umumnya merujuk kepada suatu kesadaran akan kesatuan dan kesinambungan pribadi, serta keyakinan yang relatif stabil sepanjang rentang kehidupan, sekalipun terjadi berbgai perubahan. Menurut Erikson seseorang yang sedang mencari identitas akan berusaha “menjadi seseorang”, yang berarti berusaha mengalami diri sendiri sebagai “AKU” yang bersifat sentral, mandiri, unik, yang mempunyai kesadaran akan kesatuan batinnya,sekaligus juga berarti menjadi “seseorang” yang diterima dan diakui oleh banyak orang.
Meskipun tugas pembentukan identitas ini telah mempunyai akar-akarnya pada masa anak-anak, namun pada masa remaja ia menerima dimensi baru karena berhadapan dengan perubahan-perubahan fisik, kognitif dan relasional (Grotevant & Cooper ,1998). Selama masa remaja ini, kesadaran akan identitas menjadi lebih kuat , karena itu ia berusaha mencari identitas dan mendefinisikan kembali “siapakah” ia saat ini dan akan menjadi “siapakah” atau menjadi “apakah” ia pada masa yang akan datang.  Perkembangan identitas pada masa remaja juga menjadi landasan bagi perkembangan psikososial dan relasi interpersonal pada masa dewasa.
Proses dimana remaja mengembangkan suatu identitas personal atau sense of self yang unik, yang berbeda dan terpisah dari orang lain disebut dengan individuasi (individuation) yang terdiri dari 4 tahapan yaitu,
Sub tahap
Usia/thn
Karakteristik
Diferentiation
12-14




Remaja menyadari bahwa ia berbeda secara psikologis dari orang tuanya. Kesadaran ini sering membuatnya mempertanyakan dan menolak nilai-nilai atau nasehat-nasehat orang tuanya, sekalipun nilai-nilai dan nasehat tersebut masuk akal.
Practice
14-15
Remaja percaya bahwa ia mengetahui segala-galanya dan dapat melakukan sesuatu tanpa salah. Ia menyangkal kebutuhan akan peringatan atau nasehat dan menantang orang tuanya pada setiap kesempatan. Komitmennya terhadap teman-teman juga bertambah
Karena kesedihan dan kekhawatiran yang dialaminya, telah mendorong remaja untuk menerima kembali sebagian otoritas orang tuanya, tetapi dengan bersyarat. Tingkah lakunya sering berganti antara eksperimentasi dan penyesuaian, kadang mereka menantang dan kadang berdamai dengan orang tua mereka.
Consolidatin
18-21
Remaja mengembangkan kesadaran dan identitas personal, yang menjadi dasar bagi pemahaman dirinya dan diri orang lain, serta untuk mempertahankan otonomi independen dan individualitas.
Sumber : Diadaptasi dari Seifert &Hoffnung (1994)

Adapun Erikson mengemukakan pada teori psikososialnya, Erikson sangat menekankan pada Idenitas dan kebingungan peran. Hal ini karena tahap tersebut merupakan peralihan dari masa anak-anak ke masa dewasa. Peristiwa-peristiwa yang terjadi pada tahap ini sangat menentukan perkembangan kepribadian masa dewasa. Karena peralihan yang sulit dari masa anak-anak ke masa dewasa dan kepekaan terhadap perubahan sosial maka selama tahap pembentukan identitas remaja mungkin merasakan kekacauan identitas . Selama masa kekacauan identitas ini perilaku remaja tidak dapat diprediksi .
Maka menurut Erikson salah satu tugas perkembangan masa remaja adalah menyelesaikan krisis identitas, sehingga diharapkan terbentuk suatu identitas yang stabil pada akhir masa remaja. Erikson juga menyebutkan bahwa selama masa-masa sulit yang dialami remaja, ternyata ia berusaha merumuskan dan mengembangkan nilai kesetiaan (komitmen) , yaitu kemampuan untuk mempertahankan loyalitas yang diikrarkan dengan bebas meskipun terdapat kontradiksi-kontradiksi yang tak terelakkan diantara sistem-sistem nilai.
Adapun pandangan-pandangan kontemporer tentang pembentukan identitas merupakan elaborasi dari teori psikososial erikson salah satu yang paling terkenal adalah pandangan James Marcia.
Marcia percaya bahwa pembentukan identitas merupakan tugas utama yang harus diselesaikan selama masa remaja. Marcia mengklasifikasikan siswa ke dalam 4 kategori status identitas yang didasarkan pada 2 pertimbangan :
1.      Apakah mereka mengalami suatu krisis identitas atau tidak
2.      Pada tingkat mana mereka memiliki komitmen terhadap pemilihan pekerjaan , agama serta nilai-nilai politik dan keyakinan
Keempat kategori tersebut adalah :
Status 1: Identity diffusion (penyebaran identitas) . Remaja yang belum berpengalaman dalam suatu krisis namun telah menunjukkan perhatian atau komitmen terhadap pilihan pekerjaan , agama dan politik
Status 2 : Identity Foreclosure ( pencabutan identitas) . Remaja telah membuat suatu komitmen tetapi belum mengalami suatu  kirisis. Akibatnya, mereka mengalami kesulitan untuk memahami apa yang dicita-citakan oleh orang tua mereka terhadap dirinya dan apa yang menjadi cita-citanya sendiri.
Status 3      : Identity Moratorium (penundaan Identitas) . remaja tengah berada dalam krisis , secara aktif berjuang membentuk komitmen –komitmen dan mengikat perhatian terhadap hasil kompromi yang dicapai antara keputusan orang tua mereka, harapan-harapan masyarakat dan kemampuan-kemampuan mereka sendiri.
Status 4 : Identity Achievment (pencapaian identitas) . Remaja telah berpengalaman dan berhasil menyelesaikan suatu periode krisis mengenai nilai-nilai dan pilihan hidup mereka. Mereka juga telah memiliki komitmen terhadap pekerjaan, agama dan politik yang didasarkan pada pertimbangan dan berbagai alternative dan kebebasan relative yang diberikan oleh orang tuanya.
Beberapa variabel yang mempengaruhi proses pembentukan identitas ;
1.      Tingkat identifikasi dengan orang tua sebelum dan selama masa remaja
2.      Gaya pengasuhan orang tua
3.      Adanya figure yang menjadi model
4.      Harapan sosial tentang pilihan identitas yang terdapat dalam keluarga
5.      Tingkat keterbukaan individu terhadap berbagai alternative identitas
6.      Tingkat kepribadian pada masa pre–adolesen yang memberikan sebuah landasan yang cocok untuk mengatasi masalah identitas.


Reviews:

Posting Komentar

Pelatihan Konseling & Hipnoterapi Indonesia I Klinik Hipnoterapi & Konseling © 2014 - Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com

Contact us

Diberdayakan oleh Blogger.