Secara etimologis, homoseksual berasal
dari bahasa Yunani “homo” yang berarti sama dan bahasa latin “sex” yang berarti
jenis kelamin sehingga homoseksual merupakan ketertarikan seksual terhadap
jenis kelamin sama (Feldman : Winayawan, 2013). Kaplan (Lutfi,
2008) mengemukakan bahwa homoseksual adalah penyimpangan psikoseksual di mana
seseorang dewasa tertarik gairah seksualnya dengan teman sejenis.
Menurut Narramore (1966) mengemukakan bahwa homosexuality
is characterized by unnatural sex attraction for members of one’s own sex. Sehingga
dapat didefinisikan bahwa homoseksual merupakan suatu ketertarikan individu
kepada sesama jenisnya.
Homoseksual terbagi menjadi dua yakni
gay untuk istilah homoseksual pria dengan pria dan lebian untuk wanita dengan
wanita. Kadir mengemukakan (Winayawan, 2013) bahwa homoseksual bukan hanya
ketertarikan dalam bentuk seksualnya saja namun juga adanaya ketertarikan
perasaan dalam bentuk kasih sayang, dan hubungan emosional atau kecenderungan
psikologis pada individu yang berjenis kelamin sama.
Menurut Kinsey (Soetjiningsih, 2010) mengemukakan
bahwa homoseksual ataupun heteroseksual merupakan manifestasi seksualitas
manusia yang mempuyai gradasi atau sebuah skala yakni :
a.
Heteroseksual ekslusif
Yakni individu yang
mempunyai ketertarikan pada lawan jenis dan tidak pernah sekalipun tertarik
pada sesama jenis.
b. Heteroseksual predominan
Yakni individu yang tertarik pada lawan jenis, namun pernah tertarik
pada sesama jenis secara incidental atau bersifat sementara.
c. Heteroseksual perdominan
Individu yang tertarik pada lawan jenis, yang pernah mengalami
ketertarikan pada sesama jenis yang berpotensi terulang kembali.
d. Biseksual
Individu yg secara seksual tertarik
pada lawan dan sesame jenis.
e. Homoseksual perdominan
Tertarik pada sesama jenis, pernah
tertarik pada lawan jenis, bersifat sementara dan memiliki kecenderungan untuk
berulang kali.
f.
Homoseksual predominan
Individu yang memiliki
keteratarikan pada
sesama jenis, dan pernah tertarik pada lawan jenis, namun hanya bersifat sementara.
g. Homoseksual eksklusif
Individu yang memiliki
ketertarikan pada sesama jenis dan tidak sekalipun tertarik pada lawan jenis.
Faktor-faktor
Penyebab Homoseksual
Faktor-faktor
yang menyebabkan seseorang memiliki ketertarikan pada sesama jenis, ditinjau
dari berbagai perspektif. Pada perpektif teori biologik terdapat peran faktor
genetik yang mempengaruhi seseorang menjadi homoseksual yakni pada suatu
penelitian pada saudara kembar identik dan kembar saudara, angka homoseksual
paling tinggi adalah pada kembar identik. (Wijana & Soetjiningsih, 2010).
Menurut ahli syaraf Simon LeVay pada
otak, terdapat area kecil di hipotalamus yang mengatur perilaku seksual,
pada seorang laki-laki homoseksual area ini lebih kecil daripada seorang
heteroseksual (Santrock, 2007).
Freud
mengemukakan bahwa heteroseksual merupakan pendewasaan dari masa oedipal.
Mekanisme seseorang menjadi homoseksual menurut Freud adalah ketika individu
mengalami krisis oedipal. Krisis odipal ini terjadi pada tahap perkembangan
psikoseksual Phallic (Boeree, 2010). Pada krisis oedipal ini seorang anak
mempunyai objek cinta yakni ibunya, seorang anak laki-laki akan merasa
tersaingi oleh ayahnya sendiri yang merebut kasih sayang sang ibu. Anak
menyadari bahwa dirinya tidak lebih kuat dari ayahnya sehingga pada akhirnya
seharusnya anak mengganti keinginan seksualnya pada anak perempuan, menjadi
mengidentifikasi diri dengan ibunya sehingga orientasi seksualnya terarah pada
laki-laki. Teori sosiologi mengasumsikan bahwa tingkah laku homosekual terjadi
akibat kekeliruan hubungan dalam keluarga atau perlakuan orang tua yang
patologis (Yusuf, 2009).Adapun trauma, menjadikan salah satu factor akan
munculnya homoseksual. Terdapat pengalaman hubungan heteroseksual yang tidak
bahagia sehingga individu mengembangkan sikap dendam, tidak suka atau takut
terhadap lawan jenis.
Homoseksual
Pada Remaja
Menurut Troiden
(D’Augelli & Patterson, 2001) terdapat tahapan individu menjadi seorang
homoseksual diantaranya adalah sensitization,
identity confusion, identity assumption, dan commitment. Pada tahap sensitization,
seorang individu yang belum memasuki tahap perkembangan remaja merasakan
perasaan yang berbeda dari kelompoknya yang berjenis kelamin sama (Wijana &
Soetjiningsih, 2010). Individu merasakan perbedaan ini tanpa tahu penyebabnya,
sehingga lebih cenderung untuk tidak bertanya atau menyimpan sendiri
perasaannya tersebut. Tahap yang selanjutnya adalah Identity Confunsion, pada tahap ini individu sudah menginjak masa
remaja awal. ketertarikannya pada sesama jenis sudah ada dan ketertarikannya
terhadap jenis kelamin yang berbeda sering hilang. Pada fase ini pun individu
menolak mengenai perasaannya dan mengubah perasaan homoseksualnya. Sehingga
terjadilah kebingungan idenititas. Pada tahap ini pun remaja mulai mencoba
aktivitas seksual dengan sesamanya.
Menurut
Sullvan & Schneider (D’Augelli & Patterson, 2001),
sebagian besar lesbian, gay atau biseksual dewasa mengungkapkan bahwa mereka
tidak menyadari dan mengungkapkan orientasi seksual mereka sampai dewasa awal. Lalu pada tahap Identity Assumption, individu pada tahap perkembngan remaja lanjut
(18-21 tahun) menuju dewasa awal, mulai
menerima dirinya sebagai seorang GLB (Wijana & Soetjiningsih, 2010). Remaja
mulai untuk mengungkapkan orientasi seksualnya pada lingkungan. Dalam
prosesnya, remaja mengalami beberapa resiko penolakan dari dalam keluarga
maupun dari masyarakat lingkungannya. Tahap terakhir adalah tahap Commitment, individu sudah menyadari,
menerima diri, mendapatkan kepuasan dan tidak ingin mengubah dirinya sebagai
seorang homoseksual.
Lesbian merupakan istilah bagi
homoseksual wanita dengan wanita. Adapun ciri-ciri dari lesbian diantaranya
adalah ( Septina, 2010) :
a) Remaja senang bergaul dengan anak-anak berjenis
kelamin sama dan berusia dibawahnya
b) Biasanya takut berbicara dengan lawan jenisnya
c) Berpakaian seperti atau menyenangi kegiatan yang biasa
dikerjakan oleh laki-laki
Adapun istilah-istilah bagi para
lebian (Septina, 2010) :
a)
Butch atau Butchy, biasanya
dilabelkan pada pasangan yang lebih dominan dalam hubungan seksua. Butch lebih
digambarkan pada sosok yang tomboy, agresif, aktif melindungi dan biasanya
berlaku sebagai laki-laki.
b)
Femme, kata yang berasal dari Perancis “as
a woman”, tapi oleh banyak kalangan diganti menjadi pemale. Lalu berubah
menjadi Femme yang digambarkan sebagai sosok yang sangat feminim (kewanitaan).
Dengan memakai baju seperti wanita dan berperilaku sebagai wanita. Dalam
hubungan lesbian femme ini berperan
sebagai sang wanita.
c)
Andro,
dilabelkan pada orang yang diwaktu-waktu tertentu bisa berperan sebagai butchy atau femme.
Di Indonesia,
jumlah homoseksual tidak di data secara resmi oleh pihak pemerintah, karena
memang homoseksual di Indonesia tidak di legalkan, dan menjadi hal yang selalu
diperdebatkan. Adapun beberapa lembaga yang mendat mengenai populasi
homoseksual di Indonesia, diantaranya adalah Yayasan Priangan Jawa Barat.
Menurut data yang dilansir dari situs Inilah.com populasi homoseksual di
Indonesia terdapat 8 sampai 10 juta pria yang terlibat pengalaman seksual. Dan
menurut data hasil penelusuran Yayasan Priangan Jawa Barat terdapat kasus homoseksual di kalangan pelajar di Bandung yang
dinyatakan sudah tinggi. Pada tahun 2008 bahkan 21% siswa SLTP dan 35% siswa
SMU disinyalir melakukan perbuatan homoseksual.
Dari
data ini menunjukan bahwa generasi homoseksual ada tahun ke tahun terus
meningkat. Dengan perkembangan zaman dan teknologi yang semakin canggih, para
kaum homoseksual mampu untuk berinteraksi dengan bebas dengan komunitasnya. Dan
para kaum homoseksual ini sudah dapat menunjukan eksistensi dirinya di
masyarakat.
Informasi jadwal pelatihan Hypnocounseling : Klik Disini
Reviews:
Posting Komentar