Tujuh Gejala Psikodinamis (The Seven Psychodynamic Symptom)


Ketika seseorang mengalami suatu masalah psikologis, maka pada dasarnya itu dapat diakibatkan oleh berbagai faktor penyebab psikologis. Secara konseptual, pikiran bawah sadar memiliki peranan dalam melindungi klien agar aman dan nyaman. Ketika seseorang mengalami kondisi tertekan, maka terjadi ketidakseimbangan diri yang kadangkala menyebabkan individu mengalami konflik yang berkepanjangan dan dari sinilah masalah terus terjadi. Dalam proses hipnoterapi, seorang hipnoterapis membantu klien untuk mengungkap akar masalah (root cause) yang mengakibatkan muncunya emosi tertentu dan membantu melakukan pemaknaan ulang terhadap kejadian yang dialaminya. Charless Tebbets dalam bukunya The Miracle on Demand, menjelaskan bahwa setiap gejala dari suatu masalah sebenarnya berasal dari salah satu atau sekumpulan sebab. Tebbets menamakannya dengan istilah Tujuh Gejala Psikodinamis. 

1. Imprint Ototritas (Authority Imprint) yakni diartikan sebagai keyakinan yang ditanamkan dalam pikiran individu oleh figur otoritas. Contoh figur ototritas yakni orang tua, guru, ustadz, pemerintah dan atau orang yang memiliki pengaruh besar terhadap kehidupan individu. Misalnya seorang anak yang diberikan sugesti untuk menjadi orang yang biasa-biasa oleh orang tua, maka pikiran bawah sadarnya akan menyabotase dia agar tidak menjadi orang yang percaya diri 

      2. Masalah yang belum terselesaikan baik di masa sekarang ataupun masa lalu (Past or current unresolved issue). Masalah yang belum terselesaikan oleh pikiran bawah sadar akan muncul dalam bentuk gejala. Dan cara ini dilakukan oleh pikiran bawah sadar agar mendapatkan perhatian oleh pikiran sadar. Misalkan seseorang yang mengalami sakit migraine setiap kali bertemu dengan pekerjaan yang tidak dia inginkan. Hal ini terjadi karena ada permasalahan yang belum terselesaikan baik di masa lalu atau masa sekarang sehingga berakibat pada reaksi pikiran bawah sadar dengan membuat kepala individu menjadi migraine. Pikiran bawah sadar mengatakan “saya tidak suka dengan apa yang sedang dilakukan”.
      
      3. Ada keuntungan dibalik perilaku (Secondary gain). Gejala yang dialami oleh seseorang seringkali memiliki keuntungan yang tersembunyi. Keuntungan inilah yang membuat individu merasa nyaman dalam kondisi tersebut. Misalnya pada kasus orang yang sakit untuk mendapatkan simpati. Ketika dia mendapatkan simpati dan perhatian inilah, maka ia tidak mengalami migraine karena mendapatkan perhatian dari keluarganya. Dalam kondisi normal, ketika tidak menderia migraine keluarganya sibuk masing-masing dan kurang memperhatikan dirinya
      
      4. Identifikasi (Identification). Hal ini memliki makna bahwa individu mengidentifikasi orang yang ia kagumi, cinati atau ingin ia tiru. Misalnya pada anak yang merokok karena merasa gagah dengan merokok. Setelah ditelusuri hal ini ia lakukan karena meniru ayahnya yang suka merokok

      
      5. Konflik internal (internal conflict). Gejala ini terjadi karena ada dua bagian diri yang saling bertentangan. Pada dasarnya tujuan kedua bagian ini baik tetapi karena bertolak belakang, maka timbul masalah. Misalnya seorang siswa yang adiksi game online. Ternyata ada dua bagian dari dia yang mengalami konflik. Satu bagian ingin dia punya teman karena merasa sendiri di rumah. Dengan main game, ia memiliki banyak teman secara online. Sementara bagian diri yang lain ingin agar berhenti agar bisa belajar dengan baik. Konflik internal yang terus menerus terjadi akan mengakibatkan masalah yang tiada akhir seperti mata rantai yang tidak putus-putus.

      
      6. Pengalaman masa lalu (Past experience). Pengalaman masa lalu yang menyakitkan dalam persepsi individu akan memunculkan emosi tertentu. Contohnya adalah pada kasus phobia, pengalaman yang menyakitkan di masa lalu membuat ia merasakan pengalaman ketakutan dan kekhawatiran yang membawanya hingga sekarang.
    

      7. Menghukum diri (Self Punishment). Pikiran bawah sadar seringkali melakukan tindakan menghukum diri sendiri untuk menghilangkan perasaan bersalah atau untuk menghindari hukuman dari figur yang dianggap memiliki otoritas.

Dari gejala-gejala di atas, seorang terapis dapat melakukan analisis terhadap permasalahan yang dialami oleh klien sehingga hipnoterapi dapat dilakukan secara efektif dengan menggunakan teknik terapeutik yang tepat bagi klien.

Pelatihan Konseling & Hipnoterapi Indonesia I Klinik Hipnoterapi & Konseling © 2014 - Designed by Templateism.com, Plugins By MyBloggerLab.com

Contact us

Diberdayakan oleh Blogger.